Goa Sunyaragi

Sebuah situs unik di pinggiran Kota Cirebon menunggu kunjungan Anda. Tamansari Goa Sunyaragi, menempati lahan seluas 15.000 m², merupakan milik Keraton Kasepuhan secara turun temurun dan sebagian tanahnya dimiliki oleh Pemerintah di Kota Cirebon. Bentuknya yang unik dengan rongga-rongga dan lorong-lorong yang berliku dan gelap meyerupai gua membuatnya dikenal dengan Gua Sunyaragi. Situs ini awalnya merupakan Taman Kelangenan (taman kenikmatan) atau Taman Sari, yang fungsi utamanya untuk berkhalawatan atau menyepi, maka dikenal pula sebutan taman Kelangenan Sunyaragi (‘sunya’ berarti sunyi, sepi; ‘ragi’ seperti raga).

Kesan sakral yang akan Anda lihat berasal dari lorong-lorong bekas tempat berkhalawat (pertapaan), kolam-kolam pemandian (petirtaan), altar-altar mirip tempat pemujaan, dan benda-benda arkeologis lainnya yang bersifat spiritual. Kesan profan lebih banyak didukung oleh adanya bangunan-bangunan bentuk joglo dan relief-relief kembang kaningaran serta benda-benda arkeologis berupa artefak logam, kayu dan keramik.
Secara visual, motif Wadasan dan Mega Mendung ini sangat mendominasi di sebagian besar tembok kompleks Gua Sunyaragi. Pasangan-pasangan batu karang ditata sedemikian rupa sehingga membentuk corak Wadasan dan Mega Mendung. Kemudian bagian-bagian tertentu dilengkapi pula dengan motif-motif tanaman rambat, baik berupa patran maupun simbaran. Di situs ini, motif Wadasan dan Mega Mendung diyakini merupakan simbol kehidupan. Mega melambangkan langit atau udara sedangkan Wadas yang berarti batuan melambangkan bumi. Sedangkan motif-motif tanaman merambat, patung-patung hewan dan manusia melambangkan isi dari dunia yang memiliki bumi dan langit beserta isinya.

Selain suasana gaya klasik, Gua Sunyaragi dilengkapi juga dengan gaya Tiongkok kuno seperti ukiran kembang kanigaran, bentuk bunga persik, matahari dan teratai serta penempelan keramik-keramik Cina pada dinding yang tidak terlalu tinggi. Hal ini dapat dimaklumi, karena ketika dibangunnya Goa Sunyaragi, banyak sekali bantuan yang diperoleh dari orang-orang Cina, terutama keturunan pengikut Puteri Ong Tien Nio isteri Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Kalijaga).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar